PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor telah menetapkan target cakupan layanan 97% dari total 1,1 juta penduduk kota pada tahun 2019. Target ini 6% lebih tinggi dari target yang ditetapkan pada tahun sebelumnya.
Per 2018, cakupan layanan PDAM Tirta Pakuan mencapai 91,4 % atau setara dengan 1.007.354 orang. Untuk mencapai target 2019 ini, PDAM Tirta Pakuan telah melakukan berbagai upaya, seperti memperluas jaringan pipa distribusi di daerah-daerah yang belum tersedia layanan air minum perpipaan.
Manajemen PDAM Tirta Pakuan melihat bahwa beberapa rumah tangga yang membutuhkan layanan PDAM sebenarnya berasal dari golongan masyarakat berpenghasilan rendah. Mereka tidak mampu membayar sambungan regular PDAM dan oleh karenanya perlu dukungan agar mereka mampu membayarnya. Salah satu dukungan tersebut adalah melalui skema pembiayaan mikro air untuk warga masyarakat berpenghasilan rendah.
Dengan mempertimbangkan situasi ini, PDAM Tirta Pakuan, didukung oleh USAID IUWASH PLUS, berdiskusi dengan BPRS Insan Cita—lembaga pembiayaan mikro setempat—guna mengembangkan skema pembiayaan mikro untuk sektor air minum, sanitasi dan higiene (WASH) dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2018.
Setelah melewati serangkaian diskusi yang panjang, maka pada September 2018 PDAM Tirta Pakuan dan BPRS Insan Cita menandatangani perjanjian kerja sama skema kredit mikro air minum bernama Thoharoh—kata dari bahasa Arab yang artinya membersihkan.
Skema pembiayaan mikro ini memberikan suku bunga efektif 1,5% per bulan dengan dua periode pembayaran, yaitu angsuran enam bulan atau satu tahun. Skema ini juga menawarkan diskon 50% untuk biaya sambungan baru PDAM.
Karena masih banyak warga masyarakat yang belum mengetahui manfaat air PDAM bagi kesehatan mereka, BPRS Insan Cita melibatkan Dinas Kesehatan Kota Bogor untuk memasarkan dan mempromosikan Thoharoh ini.
Per Januari 2019, sebanyak 118 rumah tangga telah menggunakan produk Thoharoh dari BPRS Insan Cita untuk membiayai sambungan baru PDAM, termasuk keluarga Kosim.
“Kredit Thoharoh ini sangat membantu saya untuk mengakses air PDAM di rumah. Kalau tidak, saya harus terus berbagi air dari sumur yang dangkal dengan empat rumah tangga lainnya dan tidak akan pernah menikmati layanan air PDAM,” kata Kosim.
“Penghasilan saya sebagai pekerja lepas tidak memungkinkan saya untuk membangun sambungan sekaligus, tetapi dengan adanya Thoharoh, saya cukup membayar Rp75.000 per bulan selama satu tahun. Ini sangat terjangkau bagi saya,” tambahnya.
Melihat antusiasme masyarakat atas program Thoharoh, BPRS Insan Cita telah menargetkan untuk mengumpulkan 50 anggota baru.
BPRS Insan Cita juga akan mengembangkan divisi Thoharoh khusus untuk mengintensifkan pemasaran program Thoharoh agar lebih banyak anggota masyarakat berpenghasilan rendah dapat mengakses air PDAM.
-Blandina Mandiangan (kontributor)-