Akses terhadap layanan sanitasi yang aman di Kabupaten Tangerang masih sangat rendah. Sejumlah besar masyarakat berpenghasilan rendah di kabupaten tersebut menganggap bahwa membangun toilet di rumah itu mahal. Akibatnya, sanitasi tidak pernah dianggap sebagai kebutuhan primer oleh penduduk. Banyak upaya untuk mengatasi masalah ini telah dicoba tetapi tidak berhasil hingga metode pembiayaan mikro yang inovatif diperkenalkan oleh Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (Kopsyah BMI), sebuah koperasi lokal untuk pemberdayaan dan pengembangan Usaha Kecil-Menengah yang mendorong pembiayaan mikro untuk air minum dan sanitasi di Kabupaten Tangerang.
Kopsyah BMI, yang semula bernama Koperasi Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KPP UMKM), didirikan pada tahun 2002 untuk membantu memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat miskin melalui penyediaan pinjaman untuk usaha kecil dan menengah, industri rumah tangga, biaya sekolah, dan renovasi rumah. Kemudian, melalui advokasi USAID IUWASH, yang berakhir di pertengahan 2016 lalu dan dilanjutkan dengan proyek USAID IUWASH PLUS, Kopsyah BMI kemudian mengembangkan skema pembiayaan mikro yang baru untuk sambungan air (Mikro Tata Air) dan toilet dengan tanki septik yang layak (Mikro Tata Sanitasi) di bawah jenis pinjaman renovasi rumah ‘Tata Griya’.
Direktur Kopsyah BMI, Kamarudin Batubara mengatakan, “Kami berkomitmen untuk mengoptimalkan fungsi Kopsyah BMI untuk menjadi salah satu lembaga yang dapat diandalkan oleh anggotanya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan mereka. Kami bertujuan memberikan fasilitas air bersih dan sanitasi kepada keluarga miskin, terutama anggota kami, karena itu sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup mereka”.
Hingga November 2016, Kopsyah BMI telah memiliki lebih dari 122.000 anggota dan 493 staf yang tersebar di kantor Kopsyah BMI di Kabupaten Tangerang, Serang, Lebak, dan Pandeglang; dengan total aset sebesar 320 miliar. Kopsyah BMI pernah memiliki skema implementasi ‘Tata Griya’ yang tidak berhasil. Oleh karena itu, mereka sangat senang ketika IUWASH, memberikan pelatihan tentang promosi sanitasi dan toilet dengan konstruksi tanki septik yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Berbekal pelatihan ini, Kopsyah BMI mampu memperluas pemasaran skema Mikro Air dan Mikro Tata Sanitasi. Permintaan terhadap layanan-layanan tersebut akhirnya menghasilkan daftar tunggu yang panjang dari rumah tangga yang meminta untuk membangun toilet baru yang layak di rumah mereka. Berdasarkan survei Kopsyah BMI yang dilakukan tahun 2012, dari 76.000 anggota yang terdaftar tahun itu, lebih dari 40 persen anggotanya belum memiliki fasilitas sanitasi layak di rumah mereka. Ini berarti ada lebih dari 30.400 rumah tangga yang berpotensi untuk mengikuti skema pembiayaan mikro sanitasi.
USAID IUWASH dan Kopsyah BMI berkolaborasi dengan Water.org, sebuah organisasi bantuan pembangunan nirlaba dari Amerika Serikat untuk memberikan dukungan pembangunan kapasitas bagi jaringan Kopsyah BMI. Dalam komitmen tersebut, Water.org memberikan dukungan sebesar 2,3 milyar rupiah untuk program ini. Selain itu, melalui fasilitasi Water.org, Kopsyah BMI mendapat sumber investasi lain dari KIVA, sebuah lembaga pembiayaan mikro, dengan dukungan awal sebesar 600 juta rupiah. Hingga November 2016, Kopsyah BMI telah mengalokasikan total dana pinjaman untuk sanitasi dan sambungan air bersih sekitar Rp 30 miliar; sekitar 24 miliar berasal dari dana Kopsyah BMI dan 6 miliar dari KIVA.
Sampai November 2016, lebih dari 5.328 keluarga berpenghasilan rendah telah mendapatkan manfaat dengan memiliki akses terhadap sanitasi dan sambungan air bersih melalui skema pembiayaan mikro ini. Direktur Kopsyah BMI, Kamarudin Batubara mengatakan bahwa tujuan utama Kopsyah BMI adalah untuk memutus siklus kemiskinan di Kabupaten Tangerang dan menjamin kesejahteraan mereka. “Kami berharap melalui program ini, warga Kabupaten Tangerang, khususnya masyarakat berpenghasilan rendah, dapat meningkatkan kualitas hidup mereka melalui peningkatan fasilitas sanitasi mereka. Tetap sehat adalah cara termudah untuk memulai peningkatan kualitas hidup kita.”
Dengan seluruh kerja keras ini, Kopsyah BMI menerima tiga penghargaan; penghargaan dari Kementerian Koperasi Indonesia sebagai koperasi yang sukses, diikuti dengan penghargaan dari Gubernur Banten untuk model skema pembiayaan mikro yang inovatif mereka untuk air dan sanitasi, dan yang terbaru adalah AMPL Award 2015 untuk kategori lembaga non-pemerintah dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).
Titin (35 tahun), seorang ibu dengan 6 anak-anak dari RT 011/RW004 Desa Tanjakan, Kecamatan Rajeg menerima pinjaman selama 6 juta rupiah dari Kopsyah BMI untuk pembangunan toilet (satu toilet ditambah kamar mandi dan 2 tanki septik kedap). Suaminya bekerja sebagai tenaga kerja konstruksi dengan penghasilan sekitar Rp. 200.000 per hari. Program pembiayaan mikro membantu keluarganya untuk memperbaiki kondisi sanitasi di rumah mereka. Dari program ini, ia berharap memiliki kondisi yang lebih baik dan nyaman bagi seluruh anggota keluarga untuk melakukan buang air besar. Ia puas dengan kualitas bahan dan desainnya. “Saya senang bisa memiliki toilet baru karena rumah saya menjadi lebih bersih, meskipun saya harus membayar cicilan Rp. 54.400 per minggu,” katanya.