• en
  • id
LOGO USAID ID
  • en
  • id

Pak Jufri: Pantang Menyerah Demi IPAL Komunal

Sebagai warga yang sudah 45 tahun bermukim di Kelurahan Tanjung Merdeka, Kecamatan Tamalate,  Kota Makassar, Muhammad Jufri Dg. Mangun, atau dikenal sebagai Pak Jufri, terpanggil untuk menjadi solusi dari permasalahan limbah rumah tangga (black water) di daerahnya. Panggilan itu berawal dari pengamatannya terhadap kondisi Kelurahan Tanjung Merdeka yang memprihatinkan, terutama yang terkait dengan kondisi sanitasi di wilayah tempat tinggalnya.

Kelurahan Tanjung Merdeka merupakan delta yang diapit oleh laut dan sungai. Kawasan ini awalnya merupakan daratan yang terletak di pinggiran sungai dan sekitar empat puluh lima tahun yang lalu daerah ini dipenuhi oleh semak belukar. “Rimbunnya semak belukar tersebut ternyata menjadi tempat yang dipilih untuk Buang Air Besar Sembarangan (BABS) bagi sebagian besar masyarakat yang bermukim di sana,” ujar Pak Jufri yang sehari-hari berwirausaha.

Pak Jufri ID
(Ismail Zainuddin/IUWASH PLUS SSEI) Pak Jufri menceritakan pengalamannya mengubah pemahaman warga yang pesimistis tentang manfaat IPAL Komunal, hingga akhirnya banyak warga yang memahami dan merasakan manfaatnya.

Menurut Buku Putih Sanitasi Kota Makassar 2011, keluarga yang sudah menggunakan sarana sistem pembuangan air limbah terpusat (IPAL) Komunal yang memenuhi syarat kesehatan baru sebesar 0,5 persen dari jumlah rumah tangga di Kota Makassar. Kondisi dengan keterbatasan akses sanitasi yang layak seperti itu akan berdampak bagi kesehatan masyarakat. Untuk itu, butuh investasi dan promosi yang besar untuk mendorong warga mengembangkan IPAL Komunal.

Sebagai langkah awal, USAID IUWASH proyek terdahulu dari  USAID IUWASH PLUS telah memfasilitasi Dinas PU bersama Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk melakukan pengkajian terhadap potensi pengembangan IPAL Komunal di Kota Makassar, termasuk RW 04 Kelurahan Tanjung Merdeka. USAID IUWASH juga berperan mendampingi masyarakat mulai dari sosialisasi, pembentukan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP), dan melakukan promosi program IPAL Komunal.

Berawal pada tahun 2012, saat Pemerintah Kota Makassar mulai melakukan sosialisasi rencana pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal, Pak Jufri dengan beberapa warga lainnya terpanggil untuk melakukan perubahan di lingkungan Kelurahan Tanjung Merdeka. Menurut Pak Jufri, rencana pembangunan IPAL Komunal diharapkan bisa menjadi pintu masuk peningkatan kualitas kebersihan lingkungan mereka. Namun, ini bukan hal yang mudah untuk dilakukan, karena IPAL Komunal bukan hanya tentang pembangunan, tetapi juga berbicara tentang pemanfaatan. Di sinilah, Pak Jufri bersama ketua RT dan RW mengalami tantangan untuk pertama kalinya.

Tidak sedikit warga yang pesimistis dengan rencana awal pembangunan IPAL Komunal tersebut. Rasa pesimistis ini umumnya muncul karena masih minimnya pengetahuan warga tentang IPAL Komunal. Mereka yang pesimistis ini juga menganggap bahwa IPAL Komunal belum menjadi kebutuhan prioritas mereka.

Namun kendala itu tidak mematahkan semangat Pak Jufri yang ingin memperbaiki lingkungan sekitarnya. Pak Jufri tanpa lelah mencoba meyakinkan masyarakat tentang rencana pembangunan IPAL Komunal SPBM USRI di Kelurahan Tanjung Merdeka. Semangat Pak Jufri ini mendapat dukungan dari ketua RT dan RW yang bergerak bersama untuk meyakinkan warga. Pak Jufri bersama ketua RT dan RW lebih memaksimalkan penyebaran informasi seputar pembangunan IPAL Komunal di lingkungan mereka. Salah satunya dengan meningkatkan intensitas pertemuan di masyarakat, mulai dari tahapan persiapan hingga pembangunan. Penyebaran informasi seputar pembangunan IPAL Komunal ini juga bertujuan untuk meningkatkan peluang pemanfaatan IPAL Komunal di masyarakat.

IPAL komunal
(USAID IUWASH PLUS SSEI) Pak Jufri selalu berusaha menjaga kondisi IPAL Komunal RW 04 Kelurahan Tanjung Merdeka agar selalu terlihat rapi dan asri.

Agar proses penyebarluasan informasi IPAL Komunal lebih maksimal, Pak Jufri bersama ketua RT dan RW mengedepankan adagium atau pepatah suku Makassar dengan memberikan nama KPP mereka dengan Sipakatau, yang berarti saling menghargai dengan tujuan agar bisa memicu kesadaran masyarakat terhadap kondisi lingkungan yang kotor karena perilaku BABS. KPP Sipakatau berdiri pada tahun 2014 dan diketuai oleh Pak Jufri. Tugas dan fungsi KPP ini adalah melakukan pengawasan terhadap IPAL Komunal, melaksanakan operasional dan pemeliharaan IPAL Komunal, dan juga mengelola iuran untuk pemeliharaan IPAL tersebut.

Upaya tersebut akhirnya membuahkan hasil yang positif. Kelompok masyarakat yang tadinya pesimistis mulai beranjak optimis. Warga mulai berangsur mengubah pemahaman mereka tentang manfaat IPAL Komunal, hingga akhirnya terbentuk sebuah komitmen yang kuat pada masyarakat RW  02 dan RW 04, Kelurahan Tanjung Merdeka untuk lebih aktif dalam meningkatan akses terhadap sanitasi. Sekarang, semua air limbah dari toilet, kamar mandi, dan dapur langsung dialirkan ke IPAL Komunal ini. Bahkan, saat ini tidak ditemukan lagi selokan yang tergenang di wilayah ini. Sumur warga pun tidak tercemar lagi.

Berkat perjuangan Pak Jufri melalui KPP Sipakatau yang didukung ketua RT/RW dan masyarakat, IPAL Komunal di Kelurahan Tanjung Merdeka berhasil mendapatkan penghargaan dalam Lomba Sanitasi Kota Makassar sebagai Sistem Pengelolaan Air Limbah Terbaik selama dua tahun berturut-turut, yaitu Juara I pada tahun 2014 dan Juara II pada tahun 2015 lalu. Hingga saat ini, kondisi IPAL Komunal SPBM USRI di Kelurahan Tanjung Merdeka masih tetap terawat dan dikelola dengan baik.

“Melalui program IPAL Komunal ini  dan juga sebagai penerima penghargaan lomba sanitasi Kota Makassar tersebut, saya memperoleh kesempatan untuk studi banding ke Bali dan melihat hal yang baik dari daerah lain untuk menjadi inspirasi saya dalam mengembangkan ide-ide baru yang lebih baik dalam meningkatkan lingkungan tempat tinggal saya ini,” ujar Pak Jufri.

Hingga Mei 2017, IPAL Komunal SPBM USRI telah melayani 60 sambungan rumah dengan biaya iuran pemeliharaan sebesar 5.000 rupiah per rumah. Jumlah iuran yang terbilang sangat kecil itu tidak menyurutkan semangat para pengelola IPAL Komunal KPP Sipakatau. “Karena upaya untuk menciptakan lingkungan lebih sehat bagi masyarakat jauh lebih penting dibandingkan hal lainnya, karena ini juga bentuk lain dari memanusiakan manusia,” ujar Pak Jufri. Meskipun IPAL Komunal sudah berjalan, Pak Jufri mengakui bahwa komitmen pemangku kepentingan dalam bentuk pendampingan kepada masyarakat tentang pemanfaatan IPAL Komunal masih terus dibutuhkan.

(Ismail Zainuddin/IUWASH PLUS SSEI) Lingkungan perumahan di sekitar IPAL Komunal saat ini lebih bersih dan rapi.

Keberadaaan IPAL Komunal menjadi sangat penting dan dibutuhkan karena secara langsung menjadikan Kelurahan Tanjung Merdeka dan lingkungan sekitarnya menjadi lebih bersih. “Sebelum ada IPAL Komunal, masyarakat Kelurahan Tanjung Merdeka melakukan BABS. Sehingga, pemandangan orang BABS di pinggiran aliran air sungai dan muara, bahkan di semak-semak adalah hal yang sering terlihat. Belum lagi kualitas air sumur yang sangat buruk, mengingat jarak tangki septik pribadi dengan sumber air sumur sangat dekat,” jelas Pak Jufri. “Sekarang, jika bertandang ke Kelurahan Tanjung Merdeka, khususnya di RW 04 ini tidak akan ditemui lagi kondisi yang bau dan kotor. Kini wilayah ini terlihat bersih, jalanan tertata rapi, air sungai yang  mengalir jernih. Ibu-ibu pun aktif melakukan kegiatan gotong royong dan juga pengolahan limbah rumah tangga untuk dijadikan kerajinan. Hebatnya lagi kondisi air minum di wilayah ini terasa baik dan tidak payau, sekali pun dekat dengan pantai,” lanjut Pak Jufri sambil tersenyum.

Available in en