Mata air Ake Gaale, yang terletak 300 meter dari Pantai Sangaji, adalah sumber air utama bagi PDAM Ternate yang melayani sekitar 400 rumah atau sekitar 30% dari total pelanggan PDAM tersebut.
Akan tetapi, dalam beberapa tahun terakhir debit air di Ake Gaale mengalami penurunan signifikan dan airnya menjadi asin akibat intrusi air laut. Lebih parah lagi, air di Ake Gaale mengandung e-coli yang tinggi akibat kontaminasi air limbah domestik.
Jika masalah ini tidak ditangani dengan tepat, kota Ternate akan mengalami kekurangan air yang parah dalam sembilan tahun ke depan, dan kesehatan serta kehidupan masyarakatnya akan terancam karena kualitas air yang buruk.
Untuk mengatasi krisis air ini, Pemerintah Kota Ternate, dengan bantuan USAID IUWASH PLUS, telah melakukan kajian kerentanan mata air (KKMA) dan menyusun rencana aksi melalui tim KKMA yang terdiri dari perwakilan pemerintah daerah, PDAM, LSM, media, dan masyarakat sejak 2018.
Tim KKMA telah mengumpulkan dan menganalisis secara komprehensif permasalahan yang turut menyebabkan penurunan kualitas dan debit air Ake Gaale serta menyusun sejumlah rekomendasi, termasuk penegakan hukum, pembangunan 1.300 sumur resapan, promosi sanitasi yang dikelola dengan aman, dan penanaman kembali lereng Gunung Gamalama.
Semua informasi telah dikompilasi menjadi dokumen KKMA dan rencana aksi terperinci disertai anggaran dana.
Di antara rekomendasi tersebut, Pemerintah Kota Ternate memprioritaskan pembangunan sumur resapan karena dinilai efektif dan efisien untuk meningkatkan kualitas dan debit air. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Ternate, dengan dukungan USAID IUWASH PLUS, sektor swasta, dan masyarakat, membangun sumur resapan di daerah tangkapan air Ake Gaale.
Hingga Oktober 2019, telah terbangun sebanyak 86 sumur resapan. Untuk memastikan rekomendasi KKMA mendapatkan dukungan penuh dari para pembuat keputusan, tim KKMA dan USAID IUWASH PLUS mempresentasikan dokumen KKMA kepada Walikota, Wakil Walikota, dan Sekretaris Daerah pada pertengahan 2018. Setelah melalui serangkaian diskusi, Walikota menandatangani dokumen tersebut pada Juli 2018.
“KKMA diharapkan bisa memberikan arahan dan opsi teknologi kepada kita untuk mengatasi krisis air di Kota Ternate secara efektif, efisien, dan terukur sehingga pasokan air di Ternate mencukupi untuk mendukung pembanguan kota yang berkelanjutan,” ujar M. Tauhid Soleman, Sekretaris Daerah Kota Ternate.
Pembangunan 86 sumur resapan telah membawa dampak terhadap mata air Ake Gaale. PDAM Ternate melaporkan debit air naik dari di bawah 75 Lps sebelum 2018 menjadi 85 Lps di pertengahan 2019, dan salinitas air berkurang dari 1.501 mg/L di 2016 menjadi 398 mg/L do 2019.
Saat ini, aliran air Ake Gaale adalah 7,01 Lps atau setara dengan 221.536.000 liter per tahun setelah pembangunan 86 sumur resapan.
Melihat manfaatnya, Pemerintah Kota Ternate mengalokasikan 1,2 miliar rupiah dari APBD-P tahun 2019 dan 800 juta rupiah dari APBD 2020 untuk membangun 500 sumur resapan. Pemerintah kota juga mengharuskan rumah baru untuk memiliki sumur resapan. Promosi sanitasi yang dikelola dengan aman juga dilakukan untuk mencegah air terkontaminasi limbah manusia.