Pemerintah Kota Surakarta berkomitmen untuk meluncurkan program WASH perkotaan yang dijalankan dengan bantuan USAID IUWASH PLUS di enam kelurahan—Mojo, Sangkrah, Setabelan, Kadipiro, Mojosongo, dan Tipes—dengan membentuk dan melatih tim monitoring dan evaluasi (monev) partisipatif. Mojosongo dan Tipes adalah kelurahan replikasi yang baru ditetapkan. Terlepas dari keinginan kuat pemerintah, replikasi WASH perkotaan masih belum sesuai harapan.
“Masyarakat menyerahkan segalanya kepada kami, seolah-olah [pelaksanaan WASH perkotaan] tanggung jawab kami semata,” ujar salah seorang anggota tim monev partisipatif di kelurahan Tipes, Madhu Astuti, seraya menjelaskan tantangan yang dihadapi timnya saat melaksanakan WASH perkotaan. Senada dengan itu, salah seorang anggota tim monev partisipatif di Mojosongo mengatakan, “Sepertinya kita harus berupaya keras untuk meyakinkan peserta lain agar memasukkan pembangunan jamban sehat dalam forum Musrenbang desa.”
Disamping tim monev partisipatif, instansi-instansi pemerintah juga menghadapi tantangan untuk mengoordinasikan dan merespons usulan dari masyarakat tentang pembangunan fasilitas air minum dan sanitasi.
Menurut Nugraheni Dwi Hastuti, Kepala Sub Bagian Pengelolaan Lingkungan Bappeda Surakarta, “Forum bersama antara pemerintah dan masyarakat akan mempercepat [upaya pemerintah] untuk meningkatkan akses WASH.”
Untuk itu, sejak Januari hingga April 2021 USAID IUWASH PLUS menggelar serangkaian diskusi dengan Bappeda dan DisperumKPP untuk mencari formula yang tepat dalam hal kerja sama pemerintah dan masyarakat. Diskusi serupa juga dilakukan dengan tim monev partisipatif dari enam desa, kelompok masyarakat, dan warga selama pertemuan bulanan.
Rangkaian diskusi tersebut dilanjutkan dengan lokakarya pembentukan replikasi tim monev partisipatif di Kota Surakarta pada 19 April 2021. Pada kesempatan tersebut, DisperumKPP, Bappeda, tim monev partisipatif, sanitarian, dan perwakilan Asosiasi KSM/KPP Sanitasi se-Indonesia (AKSANSI), sepakat untuk membentuk Tim Replikasi WASH Perkotaan untuk Kota Surakarta yang disebut Mojang Sekati. Nama tim tersebut diambil dari nama enam kelurahan yang terlibat dalam replikasi WASH Perkotaan, yaitu Mojo, Sangkrah, Setabelan, Kadipiro, Mojosongo, dan Tipes.
Tim juga sudah menyiapkan rencana kerjanya. Tim Mojang Sekati bertanggung jawab terhadap replikasi WASH perkotaan, pemantauan rutin pelaksanaan program WASH, fasilitasi diskusi masyarakat, serta promosi perilaku bersih dan sehat.“
Dengan terbentuknya tim Mojang Sekati, saya berharap replikasi WASH perkotaan di Surakarta dapat berjalan lebih cepat dan mendapat dukungan dari semua pemangku kepentingan,” ujar Nugraheni Dwi Hastuti menyampaikan harapannya.