“Saya selalu khawatir tergelincir saat buang air besar di kolam ikan. Tapi, saya tidak punya pilihan. Keluarga saya tidak punya dan tidak mampu membangun toilet,” ujar Bidatah, warga Banjar Kemuning—daerah kumuh di Kabupaten Sidoarjo.
Sayangnya, Bidatah dan keluarganya bukan satu-satunya orang di Desa Banjar Kemuning yang masih buang air besar sembarangan (BABS). Survei yang dilakukan oleh KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) pada tahun 2016 menemukan 160 dari 600 rumah tangga di Banjar Kemuning tidak memiliki toilet di rumah.
KOTAKU adalah program Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk menghilangkan permukiman kumuh perkotaan melalui pembangunan infrastruktur dan pemberdayaan ekonomi dan sosial.
Sebagian warga Desa Banjar Kemuning tidak mampu membangun toilet di rumah mereka masing-masing. Biaya pembangunan toilet yang berkisar Rp4-Rp5 juta per unit dirasakan terlalu mahal bagi sebagian masyarakat yang bekerja sebagai pekerja tambak ikan atau buruh lepas.
Untuk membantu masyarakat kurang mampu mengakses sarana sanitasi yang lebih baik, sejak akhir 2017 sampai hingga awal 2018, KOTAKU menggunakan Bantuan Dana Investasi (BDI) 2016 sebesar kurang lebih Rp6 miliar untuk membangun jamban rumah tangga dan tangki septik bagi 150 dari total 160 rumah tangga kurang mampu yang tidak memiliki akses ke fasilitas sanitasi di Banjar Kemuning.
Pada awal 2018, 150 penerima manfaat program KOTAKU di Banjar Kemuning tersebut mulai menggunakan jamban dan tangki septik. Untuk memperkuat perilaku positif ini, KOTAKU bekerja sama dengan USAID IUWASH PLUS dan UPTD PALD Kabupaten Sidoarjo menyelenggarakan pelatihan tentang pemeliharaan jamban dan tangki septik pada 27 dan 28 Februari 2018, dan mengadakan diskusi kelompok mengenai fasilitas sanitasi pada tanggal 14 Agustus 2018.
Dari dua kegiatan ini, penerima manfaat program KOTAKU, tokoh masyarakat Banjar Kemuning, dan kader kesehatan belajar tentang bahaya praktik buang air besar sembarangan bagi kesehatan dan lingkungan, serta cara memelihara jamban dan tangki septik, seperti tidak membuang barang-barang yang tidak diinginkan ke jamban karena akan menyumbat jamban dan / atau tangki septik.
Melalui kegiatan-kegiatan ini, UPTD PALD juga dapat memperkenalkan Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT)nya dan mendorong penerima manfaat program KOTAKU untuk melakukan penyedotan tangki septik mereka secara teratur guna menghindari meluapnya lumpur tinja. Selanjutnya, UPTD PALD dapat menggunakan pelatihan tersebut untuk mengumpulkan data penerima manfaat program KOTAKU untuk dimasukkan ke database.
Bidatah dan 149 keluarga miskin lainnya di Banjar Kemuning sangat senang menerima bantuan pembangunan jamban dan tangki septik dari KOTAKU, dan belajar cara pemeliharaannya.
“Memiliki toilet di rumah sangat membantu dan membuat lingkungan kami lebih bersih. Pelatihan pemeliharaan jamban mengajarkan saya banyak hal. Saya berjanji untuk memelihara fasilitas ini,” ujar Bidatah.
Melihat antusiasme masyarakat terhadap bantuan jamban dan tangki septik ini, pemerintah desa Banjar Kemuning berencana membangun jamban rumah tangga dan tangki septik bagi sepuluh rumah tangga yang belum menerima bantuan dari KOTAKU menggunakan anggaran pemerintah desa (APBDes) 2019. Selain itu, kader kesehatan telah terlatih juga akan membantu mempromosikan perubahan perilaku dan melatih masyarakat yang akan menerima jamban dan tangki septik tentang perawatan sarana tersebut.
-Abdul Ghofur-