“Dari pengkajian partisipatif dan kegiatan pemicuan, kami menemukan bahwa masih banyak rumah tangga di Desa Punggawan yang belum memiliki jamban dan tangki septik,” ujar Dessy, staf Puskesmas Gilingan.
Puskesmas Gilingan, dengan dukungan dari USAID IUWASH PLUS, melakukan pengkajian partisipatif dan kegiatan pemicuan di Desa Punggawan pada tahun 2017.
Pengkajian partisipatif dan kegiatan pemicuan tersebut memungkinkan warga untuk secara aktif mengamati, menganalisis, dan mendiskusikan fasilitas sanitasi yang ada dan perilaku higiene mereka, seperti jumlah dan lokasi rumah tangga yang masih melakukan praktik buang air besar sembarangan (BABS), rumah tangga dengan jamban dan tangki septik, sumber air yang tersedia untuk lingkungan.
Melalui kegiatan ini, Puskesmas Gilingan juga memberikan edukasi kepada warga bahwa limbah tinja harus ditampung dalam tangki septik, dan tangki tersebut harus dikosongkan secara teratur untuk melindungi kesehatan lingkungan dan masyarakat. Pesan ini sejalan dengan promosi pengelolaan sanitasi aman yang dilakukan oleh USAID IUWASH PLUS.
Dari kegiatan tersebut ditemukan bahwa 860 dari total 942 rumah tangga di Desa Punggawan sudah memiliki jamban dengan tangki septik di rumahnya. Sekitar 77 rumah tangga memiliki jamban tanpa tangki septik di rumahnya. Lima rumah tangga sisanya tidak memiliki jamban di rumah, dan hanya menggunakan jamban umum tanpa ada tangki septik.
Warga yang tidak memiliki akses ke tangki septik biasanya buang air besar dari jamban langsung ke selokan-selokan di sekitar rumah mereka.
Menyadari bahwa paparan terhadap limbah kotoran manusia dapat membawa dampak yang sangat merugikan bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan, pemerintah Desa Punggawan berkomitmen untuk mencari bantuan guna menyediakan fasilitas toilet aman bagi warga.
Dalam upaya mendukung inisiatif pemerintah desa, pada bulan Desember 2017, Puskesmas Gilingan melalui program Jumat Sehat, atau yang dikenal dengan JuSe, bersama warga lainnya mendiskusikan gagasan pembangunan jamban dan tangki septik untuk warga kurang mampu di Desa Punggawan secara swadaya. Juse merupakan prakarsa Dinas Kesehatan Kota Surakarta untuk mendorong warga agar peduli terhadap lingkungan mereka dan mempraktikkan perilaku higiene.
Setelah melakukan serangkaian diskusi, pihak puskesmas dan masyarakat memutuskan untuk membantu Sumarmi, warga lanjut usia dan kurang mampu di Desa Punggawan. Sumarmi tinggal sendirian di rumah berukuran 3x4m yang diwarisi dari orang tuanya. Sumarmi sebenarnya telah memiliki jamban lama tanpa penampungan tinja yang berjarak 5 meter dari rumahnya.
“Saya merasa sangat malu karena tidak memiliki toilet dengan tangki septik dan membuat lingkungan kotor. Tapi, saya tidak punya pilihan lain. Saya tidak punya uang untuk membangun tangki septik,”ujar Sumarmi.
Untuk membantu Sumarmi membangun jamban baru dan tangki septik, Puskesmas Gilingan dan warga mengumpulkan dana dari bulan Desember 2017 hingga Maret 2018. Mereka menjual kaus dan tas rancangan sendiri secara daring (online) dan dari mulut ke mulut. Melalui penggalangan dana tersebut, Puskesmas Gilingan dan warga berhasil mengumpulkan Rp4,5 juta untuk membeli material dan membayar upah tukang bangunan.
USAID IUWASH PLUS membantu Puskesmas Gilingan untuk merancang jamban dan tangki septik, serta mengawasi pembangunannya. Sementara itu, pemerintah Desa Punggawan membantu mengelola para tukang bangunan. Pada bulan Agustus 2018, Sumarmi akhirnya memiliki jamban dan tangki septik baru.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang karena telah membantu saya membangun jamban baru dan tangki septik. Saya sangat senang. Saya tidak membuat lingkungan kotor lagi,” ujar Sumarmi.
Pemerintah Desa Punggawan juga bekerja sama dengan Rotary Club Solo — sebuah yayasan filantropi, untuk merehabilitasi MCK umum di Desa Punggawan dan membangun tangki septik yang terhubung ke sarana tersebut pada bulan Januari hingga Februari, 2018.
Selain itu, pemerintah desa juga mendapatkan bantuan dari Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Disperum KPP), Kota Surakarta untuk membangun I IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Komunal sejak September hingga awal November 2018. Fasilitas ini melayani 50 rumah tangga.
Gereja setempat juga membantu membangun delapan tangki septik untuk delapan rumah tangga pada awal hingga pertengahan November 2018.
Sumarmi dan warga lainnya, yang baru-baru ini menikmati akses tangki septik, telah mendaftar untuk mendapatkan layanan lumpur tinja terjadwal (LLTT) yang disediakan Perusahaan Daerah AirMinum (PDAM) Surakarta. Mereka akan membayar jasa LLTTdengan mencicilnya per bulan selama tiga tahun.
Kolaborasi yang melibatkan pemerintah desa Punggawan, Disperum KPP, Puskesmas Gilingan, masyarakat, Rotary Club, dan gereja setempat merupakan contoh yang sangat baik kerjasama multi-pemangku kepentingan untuk melindungi ekosistem dari limbah kotoran manusia yang tidak diolah. Melalui kerja sama ini, pemerintah desa Punggawan berharap desanya bisa segera terbebas dari praktik buang air besar sembarangan.
Pembuangan limbah kotoran manusia yang tidak diolah telah menjadi isu sanitasi serius di seluruh dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) melaporkan 4,5 miliar orang tidak memiliki akses ke sanitasi yang aman dan 892 juta orang masih melakukan praktik buang air besar sembarangan.
Paparan terhadap kotoran manusia yang tidak ditampung dan diolah dengan skala begitu besar membawa dampak yang sangat merugikan bagi kesehatan masyarakat, lingkungan, dan ekonomi.
Oleh karena itu, Hari Toilet Sedunia 2018 fokus pada toilet dan alam. Peringan Hari Toilet Sedunia ini menekankan pentingnya membangun toilet dan sistem sanitasi yang berfungsi selaras dengan ekosistem untuk melindungi masyarakat.
-Edy Triyanto-