Kampung Nelayan Hamadi adalah lokasi permukiman yang berada di pesisir pantai dari Kelurahan Hamadi, Kota Jayapura. Mata pencaharian utama penduduk di sini adalah nelayan. Kasus penyakit diare di kampung ini masih cukup tinggi. Berdasarkan data Puskesmas Hamadi 2017, terdapat 226 kasus diare di Kelurahan Hamadi dan sebagian besar kasus diare terjadi di lokasi Kampung Nelayan. Tingginya kasus diare itu disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya berhubungan dengan perilaku masyarakat yang masih buang air besar sembarangan (BABS) langsung ke laut, tanpa menggunakan jamban leher angsa dan tangki septik.
Menanggapi kondisi itu, USAID IUWASH PLUS bekerja sama dengan program KOTAKU, sanitarian dari Dinas Kesehatan, dan Kontraktor Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman Strategis (PKPS) di Kota Jayapura melakukan kegiatan pengkajian partisipatif dan pemicuan kepada masyarakat di RT 4/RW 5 pada Agustus 2017 dan di RT 4/RW 9 pada September 2017 lalu. Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan pengkajian partisipatif masyarakat yang bertujuan agar masyarakat memahami persoalan air minum dan sanitasi di lingkungannya serta menyadari bahaya perilaku BABS serta penyakit yang ditimbulkannya. Masyarakat yang telah terpicu diharapkan dapat mengambil tindakan untuk mengatasi permasalahan ini.
Melalui kegiatan pengkajian partisipatif, masyarakat Kampung Nelayan Hamadi memperoleh banyak pengetahuan terutama di bidang pengelolaan air minum dan sanitasi yang aman. Sebagai contoh, masyarakat belajar membuat peta sosial WASH, yaitu peta yang dapat menggambarkan kondisi akses dan perilaku air minum dan sanitasi di lingkungannya. Dengan peta sosial WASH ini masyarakat diharapkan bisa mengkaji sendiri kondisi sanitasi di rumahnya masing-masing. Dari peta sosial WASH itu juga diketahui ternyata seluruh masyarakat di RT 4/RW 5 Hamadi masih mempraktikkan BABS langsung ke laut.
Selanjutnya, masyarakat juga belajar tentang alur penularan penyakit dan cara memutusnya. Alat bantu yang digunakan untuk menjelaskan hal tersebut adalah Diagram F. Melalui Diagram F, masyarakat memperoleh pengetahuan tentang alur penularan kuman penyakit yang bersumber dari tinja yang tidak dikelola dengan aman yang mana dapat mencemari makanan dan mendatangkan penyakit bagi keluarga. Kebanyakan dari masyarakat hanya mengetahui bahwa lalat adalah media penyebar kuman penyakit. Namun melalui kegiatan pemicuan ini mereka menjadi paham ternyata tangan, air, udara, dan tanah juga dapat menjadi media penyebar kuman penyakit yang bersumber dari tinja yang tidak dikelola dengan aman.
Kegiatan pemicuan dilanjutkan dengan penyusunan rencana tindak lanjut oleh masyarakat untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul selama proses pemicuan.
Kegiatan pemicuan yang dilaksanakan di Kampung Nelayan Hamadi mendapat sambutan yang cukup hangat dari warga Kelurahan Hamadi. “Saya sangat berterima kasih untuk kegiatan ini karena selama ini, kami masyarakat RW 5 belum mengetahui bahaya penyakit bisa terjadi akibat kebiasaan kami BABS di laut. Kami berharap ke depannya lingkungan kami bisa menjadi lebih sehat dan layak untuk anak cucu kami,” ungkap Pak Musa Gedi, Ketua RW 5 Kelurahan Hamadi.
Berdasarkan hasil pemantauan pasca kegiatan, dampak dari kegiatan pemicuan tersebut sudah mulai terlihat. Secara perlahan, kesadaran masyarakat Kampung Nelayan Hamadi mengenai pentingnya perilaku higiene dan pengelolaan air minum dan sanitasi sudah mulai tumbuh. Sebagai contoh, mereka sudah mulai aktif secara rutin membersihkan kampung mereka dan mempraktikkan cuci tangan pakai sabun. Saat ini masyarakat di Kampung Nelayan bersama dengan mitra juga sedang mendiskusikan mengenai rencana pembangunan jamban komunal di wilayahnya yang didukung oleh pemerintah setempat.
(Muhammad Amri/USAID IUWASH PLUS SSEI)