Dulu, tak ada yang bisa dibanggakan Rufiah tentang tempat tinggalnya di Kampung Gayam, Kota Probolinggo, Jawa Timur. Di sana, ada 94 keluarga menempati lingkungan yang kumuh di antara area persawahan dan tambak. Sayangnya, 76 keluarga atau 81 persen di antaranya tidak memiliki akses sanitasi layak atau toilet dengan tangki septik.
Sebagian dari mereka masih menggunakan jamban “helikopter” alias jamban ala kadarnya di bantaran sungai. Sampah juga berserakan di penjuru kampung. Sementara itu, cuma ada satu kamar mandi umum yang kondisinya sudah rusak.
Cerita berubah saat Dinas Kesehatan Kota Probolinggo dan USAID IUWASH PLUS mempromosikan sanitasi aman dan melakukan pemicuan untuk mengubah perilaku warga Gayam. Rufiah yang merupakan Ketua RT 4 RW 1 di kampung itu, bersama warga lainnya, dibekali pengetahuan dan keterampilan memadai untuk mendorong peningkatan akses air minum dan sanitasi maupun perilaku higiene masyarakat.
Mereka juga dijembatani untuk bergerak bersama sanitarian puskesmas dan pemangku kepentingan lainnya.
Mereka lantas membentuk tim monitoring dan evaluasi (monev) partisipatif untuk memantau dan mengevaluasi perkembangan upaya bersama tersebut. Rufiah menjadi salah satu anggotanya. Selain itu, tim monev partisipatif dan warga di Kampung Gayam menyusun rencana kerja masyarakat untuk peningkatan akses air minum, sanitasi, dan perilaku higiene. Tim monev partisipatif juga mendorong para pemangku pihak lainnya untuk mendukung penyediaan akses air minum dan sanitasi masyarakat.
Proses memajukan Gayam tentu tak mulus begitu saja. Beragam tantangan harus dihadapi tim monev partisipatif. Tak jarang, warga Gayam meremehkan upaya Rufiah dan koleganya.
“Namun, setelah dijelaskan bahaya tinja terhadap kesehatan, terutama tumbuh kembang dan kecerdasan anak, oleh sanitarian Puskesmas Ketapang dan kami, lambat laun masyarakat mau menerima dan mulai berubah,” ucap Rufiah.
Berkat upaya yang dilakukan oleh tim monev partisipatif, Kampung Gayam berhasil mendapatkan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) komunal dari Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kota Probolinggo. Sehingga dari 76 keluarga yang awalnya tak punya akses sanitasi layak, pada akhir kegiatan USAID IUWASH PLUS 75 di antaranya telah mendapatkan akses sanitasi layak. Sementara itu, kini jamban helikopter di sungai tak ada lagi, sampah tidak lagi berserakan, kandang ternak kini tertata rapi dan berjarak cukup dari sumber air.
Gayam pun pada 2020 mereka mendapat alat pompa dan selang untuk mendukung perawatan dan pemeliharaan IPAL komunal.
“Yang bikin bangga lagi, tahun 2019 Kampung Gayam dipercaya oleh Kota Probolinggo untuk mengikuti lomba Program Kampung Iklim (Proklim) tingkat provinsi dan nasional. Selain itu, beberapa anggota tim monev partisipasi Kampung Gayam diminta Pemerintah Kota Probolinggo masuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pantai Permata Pilang,” tutur Rufiah. “Kampung kami yang tadinya tidak dikenal pejabat Kota Probolinggo menjadi dikenal sebagai teladan, dan yang lebih penting lagi ada perubahan pola pikir masyarakat di bidang kesehatan.”
– Firman Soelijanto-