Risiko pencemaran sumber air akibat lumpur tinja yang tidak dikelola dengan baik memang menjadi salah satu isu sanitasi penting di Lingkungan 15, Kelurahan Titi Kuning di Kecamatan Medan Johor, Kota Medan. Masyarakat di lingkungan ini memang sudah tidak buang air besar di sembarang tempat. Tapi, hingga tahun 2017 mayoritas penduduk di wilayah ini belum mempunyai akses terhadap tangki septik.
Data Kelurahan Titi Kuning tahun 2017 menunjukkan 319 dari 500 KK di Lingkungan 15, Kelurahan Titi Kuning belum mempunyai tangki septik di rumah. Seperti kebanyakan warga Lingkungan 15, Ipah, salah satu warga dan kader masyarakat di Lingkungan 15, Kelurahan Titi Kuning juga tidak mempunyai akses terhadap tangki septik.
“Dulu saya hanya tahu tidak boleh buang air besar sembarangan karena membahayakan kesehatan. Tapi, belum tahu bahwa tinja harus ditampung di tangki septik kedap agar tidak mencemari lingkungan. Jadi memang tidak pernah terpikir untuk membangun tangki septik,” ujar Ipah memulai ceritanya.
Namun, pemikiran Ipah berubah ketika USAID IUWASH PLUS mulai melakukan programnya di Lingkungan 15, Kelurahan Titi Kuning tahun 2017. Program yang menyasar masyarakat di antaranya adalah pengkajian partisipatif dan pemicuan, serta promosi air minum dan sanitasi aman yang dilakukan bersama dengan Dinas Kesehatan dan Dinas PKPPR Kota Medan.
“Terus terang, saya baru tahu tentang manfaat tangki septik ketika mengikuti kegiatan pemicuan. Saya baru paham kalau tinja harus dikelola dengan baik,” ujar Ipah.
“Mungkin itu sebabnya dulu anak saya sering gatal-gatal dan diare,” tambahnya.
Berbekal pengetahuan dan pengalamannya, Ipah terpanggil untuk melakukan sosialisasi tentang pentingnya toilet aman—toilet dengan tangki septik, kepada warga di sekitarnya.
Ipah juga menjadi salah satu anggota tim monitoring dan evaluasi partisipatif yang dibentuk USAID IUWASH PLUS. Tim ini bertugas mengevaluasi perkembangan akses air minum dan sanitasi masyarakat untuk di mana hasilnya akan dibahas bersama warga, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya.
“Banyak masyarakat di daerah ini yang belum paham bahwa menampung tinja di tangki septik akan membuat lingkungan sehat, ujar Ipah. “Saya ingin menyadarkan mereka tentang pentingnya tangki septik untuk kesehatan masyarakat dan lingkungan, dan saya harus beri contoh,” ujar Ipah.
“Awalnya banyak yang tidak percaya ketika saya bilang air limbah rumah tangga jika tidak dikelola dengan baik dapat mencemari sumber air dan membawa penyakit. Tapi, saya dengan sabar terus menjelaskan kepada mereka dan saya juga harus menjadi contoh bagi mereka,” ujar Ipah.
“Saya bertekad membangun tangki septik meskipun keluarga saya tidak mampu membangunnya secara tunai. Saya menyisihkan sedikit uang dari penghasilan suami saya sebagai tukang bangunan. Alhamdulillah, setelah menabung selama delapan bulan, keluarga saya bisa membangun tangki septik yang proses pembangunannya dibantu USAID IUWASH PLUS,” cerita Ipah.
“Masa saya ngasih tahu masyarakat tentang pentingnya tangki septik tapi di rumah sendiri saya tidak punya,” tambah Ipah.
Berkat kerja keras Ipah dan semua pihak terkait, seperti kader lainnya dan staf dinas kesehatan, data monitoring dan evaluasi partisipatif di Kelurahan Titi Kuning tahun 2018 menunjukkan tinggal lima rumah tangga di Lingkungan 15 Kelurahan Titi Kuning yang belum mempunyai tangki septik.
“Saya berharap, kedepannya semua masyarakat Lingkungan 15 kelurahan Titi Kuning yang menggunakan tangki septik yang aman, sehingga lingkungan kami bisa semakin bersih dan sehat. Saya akan terus mensosialisasikan sanitasi aman kepada warga sekitar karena akan membawa manfaat besar untuk kebersihan lingkungan dan kesehatan kita,” ujar Ipah menutup ceritanya.