Kerja keras, lakukan secara bertahap dan telaten, serta terus kedepankan kolaborasi dan inovasi; itulah strategi Pak Neli yang menjabat sebagai Kepala UPT Pengolahan Sampah dan Limbah (PSL) Kota Probolinggo sejak Maret 2015. Strategi tersebut diterapkan untuk memperkenalkan Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT), sekaligus mendukung pencapaian target Akses Universal 2019 untuk air minum dan sanitasi di Kota Probolinggo.
Sejak disahkannya Perda No 4 tahun 2014 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik, UPT PSL Kota Probolinggo giat memperkenalkan LLTT yang menjadi bagian dari pelayanan air limbah domestik yang aman dan ramah lingkungan. LLTT itu sendiri mencakup penampungan lumpur tinja di tangki septik SNI, pengurasan, dan pengangkutan lumpur tinja/air limbah ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Pelaksanaan LLTT, yang lebih dikenal di Kota Probolinggo dengan nama Sistem LLTT atau SLLTT, memiliki tantangan karena meskipun penduduk sudah memiliki jamban pribadi tetapi tangki septiknya tidak kedap air, tidak memenuhi SNI, dan tidak dikuras. Selain itu, tinja langsung dibuang ke badan sungai yang menyebabkan pencemaran air oleh bakteri E. coli. Berdasarkan data hasil penelitian Dinas Kesehatan Kota Probolinggo tahun 2017, pada sampel yang diambil dari 15 sumur di 2 Kecamatan Kota Probolinggo, E. coli dengan konsentrasi cukup tinggi masih ditemukan di 6 sumur. Keadaan itulah yang mendorong Pak Neli untuk melakukan perubahan, khususnya di bidang sanitasi.
Pak Neli dan jajarannya menyadari bahwa penyedotan lumpur tinja secara berkala merupakan salah satu solusi untuk menjaga sumber air tanah agar tidak tercemar limbah rumah tangga. Untuk itu, strategi pertama yang dia lakukan adalah bekerja keras pantang menyerah mempromosikan LLTT kepada masyarakat. “Saya menyadari bahwa keberhasilan dari kegiatan ini membutuhkan proses panjang, terutama jika ingin mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat dengan melakukan pengolahan lumpur tinja yang aman dan ramah lingkungan melalui LLTT,” aku Pak Neli.
Upaya Pak Neli untuk memperkenalkan LLTT kepada warga dilakukan secara bertahap dan telaten. Hal ini bisa dilihat dari proses kinerja UPT PSL Kota Probolinggo dalam kegiatan sosialisasi LLTT. Sejak tahun 2015, Pak Neli terus merangkul masyarakat dengan melakukan sosialisasi kegiatan LLTT dari tingkat kelurahan sampai kecamatan. “Agar informasi dapat tersampaikan ke masyarakat, kami selalu menggandeng narasumber berpengalaman. Salah satunya adalah dengan melibatkan para sanitarian dari Dinas Kesehatan untuk menjelaskan tentang bahaya E. coli dan pentingnya penggunaan jamban dengan tangki septik kepada warga,” ungkap Pak Neli.
Dua strategi berikutnya yang diterapkan Pak Neli adalah kolaborasi dan inovasi. UPT PSL yang berada di bawah Dinas Lingkungan Hidup Kota Probolinggo melaksanakan sejumlah kegiatan sosialisasi LLTT melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, yaitu Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, PDAM, dan USAID IUWASH PLUS. Masing-masing institusi berperan penting dalam memperkenalkan dan menyukseskan kegiatan LLTT di Probolinggo.
Pak Neli pun mengakui peran USAID IUWASH PLUS dalam kegiatan LLTT ini. “Dari USAID IUWASH PLUS saya banyak belajar tentang pengelolaan air limbah domestik yang baik dan benar,’’ aku Pak Neli. “Ke depannya, saya juga berharap agar USAID IUWASH PLUS dapat memfasilitasi pelatihan Sistem Informasi Geografis, yang dapat dimanfaatkan untuk memantau pelanggan LLTT secara akurat,” Pak Neli menambahkan.
Inovasi memegang peranan penting karena bagi sebagian besar masyarakat LLTT masih merupakan hal baru dan pelaksanaannya pun membutuhkan biaya. Masalah biaya ini sering dianggap sebagai kendala besar. Untuk mempermudah masyarakat memperoleh layanan LLTT, Pak Neli berinovasi melalui pembentukan Bank Sampah. Artinya, pembayaran LLTT dapat menggunakan sampah yang bisa didaur ulang yang kemudian disetorkan ke Bank Sampah. Hasilnya ternyata tidak sia-sia. Inovasi itu mendapat sambutan hangat. Selain masyarakat, beberapa instansi pemerintah juga tertarik memanfaatkan pola tersebut untuk memperoleh layanan LLTT di lingkungannya.
Saat ini, Pak Neli bersama jajaran UPT PSL sudah bisa menikmati hasil dari jerih payahnya. Hingga pertengahan 2017 ini, LLTTdi Kota Probolinggo telah melayani sebanyak 415 pelanggan. Dari sisi keuangan, kegiatan LLTT UPT PSL Kota Probolinggo telah menjadi salah satu kegiatan penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Probolinggo. Pada tahun 2015, kontribusi kegiatan LLTT untuk PAD Kota Probolinggo adalah sebesar 94 juta rupiah, dan naik menjadi 95 juta rupiah pada tahun 2016.
Hasil yang dicapai itu tentu tidak membuat Pak Neli berpuas diri. “Kami bertekad untuk terus bekerja meningkatkan akses sanitasi bagi masyarakat Kota Probolinggo dan mendukung pencapaian target Akses Universal 2019,” ungkap Pak Neli penuh semangat.
***
(Firman Soelijanto/USAID IUWASH PLUS Jawa Timur)