“Pernah suatu ketika anak saya masuk rumah sakit karena muntaber. Saat itu, saya kecewa dengan diri saya sendiri. Saya merasa tidak mampu merawat anak satu-satunya,” ujar Karina Fitriani, penduduk Desa Kedungsari, Kota Magelang, mengenang perasaannya saat anaknya yang berusia dua tahun sakit.
“Ini terjadi karena kami tidak memiliki toilet di rumah,” Karina Fitriani—yang akrab disapa Karina—mengatakan alasan anaknya sakit. Situasi ini memaksa Karina untuk membuang popok kotor bayinya di sungai sekitar rumahnya rumahnya, sehingga mengundang lalat berkerumun. Dengan tidak adanya toilet di rumah, Karina dan suaminya harus menggunakan toilet ibunya Karina. Namun, Karina khawatir jika selalu berbagi fasilitas bisa menimbulkan perselisihan karena ibunya juga masih berbagi tangki septik dengan kerabatnya.
Keluarga Karina sebetulnya sudah lama ingin membangun toilet di rumah. Namun, biaya untuk membangun toilet sendiri di luar kemampuan keuangan keluarga Karina, karena penghasilan keluarganya dari jualan ayam geprek hanya Rp 30.000–50.000 per hari. Dengan penghasilan yang tidak seberapa, sulit bagi keluarga Karina untuk membangun toilet dengan tangki septik dengan biaya sendiri karena pembangunan fasilitas ini di Kota Magelang menelan biaya sekitar Rp4 jutaan.
Keluarga Karina melihat ada secercah harapan untuk memiliki fasilitas sanitasi yang lebih baik ketika Forum Tembang Tidar/FTT (organisasi berbasis masyarakat di kota Magelang) dengan dukungan USAID IUWASH Tangguh melaksanakan program Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (YDKK) untuk membangun fasilitas sanitasi aman di Desa Kedungsari.
“[Pada akhir 2022], Pak Untung dari FTT memberi tahu kami tentang program tersebut. Saat itu, ibu saya mengajukan dua fasilitas sanitasi, satu untuknya dan satu untuk saya,” ujar Karina. “Tapi prosesnya cukup lama karena ada penilaian layak tidaknya kami menerima bantuan. Alhamdulillah, permohoan kami akhirnya dikabulkan.” tambahnya.
Pada bulan April 2023, Sekretaris FTT, Bodro Wardhani, atas nama YDKK, menyerahkan bantuan bahan bangunan kepada 18 KK di Desa Kedungsari, termasuk Karina dan ibunya. Wardhani Subodro menegaskan bahwa akses sanitasi merupakan hak dasar setiap warga negara, dan masyarakat tidak boleh memalingkan muka ketika ada sebagian masyarakat lainnya yang tidak mampu. “Orang-orang ini tidak berdaya, dan kita harus memberdayakan mereka. Mereka hidup dalam kemiskinan ekstrim, dan kita harus membantu mereka, seperti membangun fasilitas sanitasi yang aman untuk mereka,” ujarnya.
Tak lama berselang, Karina dan keluarganya membangun toilet dengan tangki septik melalui pengawasan dari FTT dan USAID IUWASH Tangguh. Kini, Karina merasa lega karena tidak perlu khawatir berbagi fasilitas sanitasi dengan orang lain.
“Alhamdulillah, sekarang saya punya toilet. Ini sangat membantu kami. Setelah memiliki fasilitas ini, lingkungan kami menjadi lebih bersih dan sehat. Anak saya tidak sakit lagi,” kata Karina. “Mudah-mudahan keluarga lain yang belum memiliki dan tidak mampu membangun sarana sanitasi juga bisa mendapatkan bantuan dari pemangku kepentingan lainnya,” harapnya.
Selain di Desa Kedungsari, YDKK dan FTT juga membangun fasilitas sanitasi aman di sembilan desa lainnya yang memberi manfaat bagi 47 keluarga dari Februari sampai dengan Juli 2023. USAID IUWASH Tangguh mendukung pendidikan untuk membawa perubahan perilaku kolektif dalam praktik air minum, sanitasi, dan higiene.