USAID IUWASH Tangguh telah mendorong pertukaran pengetahuan dan peningkatan kapasitas, serta memperkenalkan beragam konten terkait adaptasi iklim, pengelolaan sumber daya air, serta air minum dan sanitasi aman di antara para pemangku kepentingan utama program.
USAID IUWASH Tangguh juga telah meningkatkan kapasitas para pengambil keputusan dan pemangku kepentingan terkait melalui kegiatan pelatihan yang terorganisasi serta memastikan keterlibatan keahlian lokal melalui kerja sama dengan Perusahaan-perusahaan konsultan lokal dan lembaga akademis.
Pemerintah Indonesia telah berupaya semampunya untuk berinvestasi di sektor air minum, sanitasi, dan higiene (WASH), serta pengelolaan sumber daya air (PSDA). Akan tetapi, kapasitas kelembagaan dan kesiapan organisasi untuk melaksanakan inisiatif mengatasi permasalahan ini masih menjadi tantangan. Beberapa tantangan yang dihadapi penyedia layanan publik dan lembaga-lembaga kunci pemerintahan berkisar pada kurangnya koordinasi dan kepemimpinan, penetapan prioritas permasalahan, penyusunan kebijakan, tata kelola, pengambilan keputusan, dan akuntabilitas.
Intervensi USAID IUWASH Tangguh di sektor WASH dan PSDA dilakukan melalui kemitraan dengan instansi pemerintah, penyedia layanan, serta masyarakat, dan fokus utamanya adalah pada peningkatan kapasitas, promosi, pelatihan, dan bantuan teknis.
Hingga saat ini, kegiatan peningkatan kapasitas USAID IUWASH Tangguh telah meningkatkan kompetensi lebih dari 1.269 orang dari ratusan lembaga di tingkat nasional serta di 38 kabupaten dan kota lokasi program. USAID IUWASH Tangguh menerapkan proses pelatihan yang terdokumentasi dengan baik, hasil pelatihan yang terukur, dan instrumen penyampaian pelatihan yang mudah digunakan. Pendekatan ini membantu mendukung percepatan pencapaian peningkatan akses layanan air minum dan sanitasi aman.
Pada tanggal 2–5 Oktober 2023, USAID IUWASH Tangguh bekerja sama dengan Pusat Perubahan Iklim Institut Teknologi Bandung (PPI-ITB) melatih 34 orang — yang mewakili pemangku kepentingan proyek PSDA — dalam hal aspek-aspek utama dalam membangun ketahanan air minum di Bandung. Dari kementerian tingkat nasional hingga instansi pemerintah kota dan kabupaten, para peserta pelatihan ini mewakili bagian-bagian dari berbagai mitra pemerintah USAID IUWASH Tangguh yang bekerja sama dengan proyek ini dalam peningkatan kebijakan dan peraturan.
Acara yang berlangsung selama empat hari ini merupakan bagian dukungan program untuk membantu Indonesia mencapai targetnya membangun ketahanan bencana dan perubahan iklim, berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024 dan Dokumen UNFCCC tentang Peningkatan Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional 2022.
“Meningkatkan ketangguhan air minum Indonesia adalah prioritas nasional,” ujar Bapak Agus Hernadi, pakar PSDA USAID IUWASH Tangguh. “Pelatihan ini membantu menyelaraskan prioritas nasional dan daerah sehingga Indonesia dapat meningkatkan cara mengantisipasi dan mengatasi risiko iklim dan bencana di masa depan.”
Peserta dari Palembang, Manado, dan Papua aktif mengikuti pelatihan yang mengombinasikan kegiatan belajar di kelas dan praktik lapangan. Melalui pendekatan ini, pelatih dapat menjembatani kesenjangan antara pembelajaran teoritis dan praktik langsung, sehingga meningkatkan kompetensi dan kesiapsiagaan peserta pelatihan untuk memecahkan masalah di kehidupan nyata.
Pada sesi di kelas, peserta membahas berbagai topik, diantaranya fenomena iklim dan dampaknya terhadap keamanan air minum, penilaian risiko dan kerentanan iklim, adaptasi perubahan iklim serta perencanaan dan penganggaran pembangunan. Untuk kegiatan lapangan, peserta mengunjungi Waduk Pembangkit Listrik Tenaga Air Cileunca yang memiliki luas 11,5 juta m3 dan terletak kurang lebih 1.400 m di atas permukaan laut di Kabupaten Bandung.
“Kami merancang kunjungan lapangan ini sebagai bagian dari program pelatihan,” ujar Pak Fitrianto, dari PPI-ITB, “agar para peserta pelatihan mendapatkan manfaat dari pengalaman langsung tentang bagaimana teori-teori yang diajarkan di kelas dapat diterapkan di lapangan.”
Penyelenggara pelatihan membagi peserta menjadi beberapa kelompok dan menetapkan lokasi-lokasi tertentu—hutan, lahan pertanian, pedesaan, tempat rekreasi—di mana peserta harus mengumpulkan data primer untuk menilai kerentanan waduk sebagai respons terhadap tekanan infrastruktur, manusia, dan lingkungan.
Salah seorang peserta pelatihan, Sisca Veronica, dari Bappeda DKI Jakarta, mengamati lingkungan setempat, mewawancarai narasumber utama, dan menganalisis tiga faktor kerentanan yang saling berkaitan: keterpaparan, sensitivitas, dan kapasitas adaptif.
Sisca menyampaikan, “Saya akan bagikan ilmu yang dipelajari kepada rekan-rekan dan manajer saya. Kami akan menghitung dan menganalisis ketahanan air di Jakarta menggunakan metode-metode ini dan mengintegrasikan hasilnya ke dalam rencana pemerintah kami.”
Ketika merencanakan kegiatan pelatihan tersebut, USAID IUWASH Tangguh mengandalkan desain program yang efektif yang menyelaraskan keterampilan dan konsep yang diajarkan dengan kebutuhan pembelajaran para peserta. Hal-hal lain yang turut berkontribusi terhadap pelatihan termasuk kurikulum yang mendukung tujuan proyek, para pakar yang relevan dengan topik yang dibahas, dan lingkungan yang mendukung peserta untuk menerapkan pengetahuan yang mereka dapatkan saat kembali ke institusi mereka.
Memperkuat kapasitas mitra utama proyek adalah bagian penting dari tujuan proyek yang lebih besar melalui proses kolaborasi, pembelajaran, dan adaptasi. USAID IUWASH Tangguh akan terus mendorong pertukaran pengetahuan untuk mempercepat peningkatan sumber daya manusia, proses dan protokol internal, serta kemampuan para pemangku kepentingan untuk menyusun kebijakan dan peraturan yang lebih baik.