Untuk membebaskan Kelurahan Mangkoso di Kabupaten Barru dari praktik Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di tahun 2018, Pemerintah Kelurahan menggunakan bantuan stimulan jamban yang dialokasikan melalui APBD kecamatan untuk membangun jamban bagi rumah tangga yang tidak mempunyai sarana ini sejak 2016.
Namun, kajian awal yang dilakukan USAID IUWASH PLUS pada pertengahan 2017 masih menemukan 113 KK dari sekitar 500 KK di kelurahan ini belum mempunyai jamban. Kajian ini dilakukan untuk memetakan kondisi akses sanitasi di Kelurahan Mangkoso dan perilaku sanitasi warga sebelum mendapatkan pendampingan USAID. Warga yang tidak mempunyai jamban biasanya buang air besar di pantai yang berada di sekitar Kelurahan Mangkoso, dan bekerja sebagai nelayan sehingga tidak mampu membangun jamban sendiri yang menelan biaya sebesar Rp1,5 juta.
Amirullah, Lurah Mangkoso, mengakui distribusi bantuan stimulan jamban tahun 2016 tidak tepat sasaran karena Pemerintah Kelurahan Mangkoso belum mempunyai informasi akurat tentang warga yang tidak mempunyai jamban, dan hanya mengandalkan informasi dari kelompok-kelompok masyarakat.
Pemerintah Kelurahan Mangkoso terinspirasi menggunakan data yang lebih akurat tentang kondisi akses sanitasi warga ketika USAID IUWASH PLUS dan masyarakat melakukan pengkajian partisipatif dan pemicuan pada bulan September 2017. Kegiatan ini merupakan bagian dari program pendampingan USAID IUWASH PLUS di Kelurahan Mangkoso dan dilakukan secara bertahap di seluruh RT. Kegiatan ini mengajak warga untuk mengamati, menganalisis dan mendiskusikan perilaku dan akses sanitasi warga, seperti di mana mereka biasanya buang air besar, siapa saja warga yang belum mempunyai jamban, dan mengapa mereka tidak mempunyai jamban. Kegiatan ini juga disertai dengan edukasi tentang praktik perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk bahaya BABS bagi kesehatan masyarakat. Di akhir kegiatan pengkajian partisipatif dan pemicuan, masyarakat membuat Rencana Tindak Lanjut (RTL) untuk memperbaiki situasi akses sanitasi di setiap RT-nya.
Kemudian, perwakilan masyarakat di setiap RT dan Pemerintah Kelurahan Mangkoso mengumpulkan dan membahas hasil pengkajian partisipatif dan pemicuan dari setiap RT, serta membuat Rencana Kerja Masyarakat (RKM) yang mencakup peran Pemerintah Kelurahan Mangkoso untuk meningkatkan akses sanitasi masyarakat.
Salah satu rencana yang tercantum dalam RKM tersebut adalah Pemerintah Kelurahan Mangkoso akan menggunakan bantuan stimulan jamban 2017 sebesar Rp50 juta untuk membangun jamban bagi 50 rumah tangga miskin yang belum mempunyai jamban. Bantuan ini telah dianggarkan di APBD Kecamatan sejak awal 2017. Untuk memastikan distribusi bantuan stimulan jamban tepat sasaran, Pemerintah Kelurahan Mangkoso menggunakan hasil pengkajian partisipatif dan pemicuan untuk memilih penerima bantuan stimulan jamban. Selain itu, masyarakat juga membantu proses pembangunan tersebut.
“Pengkajian partisipatif dan pemicuan menghasilkan data yang akurat karena data tersebut dikumpulkan bersama-sama dengan masyarakat. Kami perlu data seperti ini,” ujar Amirullah.
Di akhir 2017, Pemerintah Kelurahan Mangkoso mulai mendistribusikan bantuan stimulan jamban senilai Rp1 juta/rumah tangga kepada 50 rumah tangga miskin yang belum mempunyai jamban. Bantuan tersebut diberikan dalam bentuk jamban leher angsa, gorong-gorong, dan pipa untuk mengalirkan tinja dari jamban ke penampungan. Selain itu, Pemerintah Kelurahan Mangkoso juga menyediakan tukang, dan masyarakat membantu proses penggalian jamban.
Akhirnya, pada bulan Januari 2018, 50 rumah tangga miskin di Kelurahan Mangkoso telah mempunyai jamban leher angsa.
“Saya merasa sangat terbantu dengan adanya bantuan stimulan jamban. Sejak punya jamban sendiri, saya tidak perlu lagi jalan jauh jika ingin buang air malam hari,” ujar Nurbaya, salah satu penerima bantuan stimulan jamban.
Selain menggunakan bantuan stimulan jamban, Pemerintah Kelurahan Mangkoso juga menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) 2018 dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (Dinas PUPR) Kabupaten Barru sebesar Rp250 juta untuk membangun jamban leher angsa dan tangki septik bagi 50 rumah tangga yang belum mendapatkan bantuan stimulan jamban tahun 2017. Proses pembangunan ini mulai pada bulan September 2018 dan ditargetkan selesai di akhir 2018.
Lebih lanjut, Pemerintah Kelurahan Mangkoso akan terus mengadvokasi Dinas PUPR dan Bappeda Kabupaten Barru untuk membangun jamban rumah tangga dan tangki septik bagi 13 KK lainnya yang belum mempunyai jamban. Pemerintah Kelurahan juga akan memasukkan usulan pembangunan jamban ini ke dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Kecamatan dan Kabupaten 2019.
Untuk memastikan data tentang kepemilikan jamban dan tangki septik di Kelurahan Mangkoso tetap akurat di masa mendatang, Pemerintah Kelurahan dan perwakilan masyarakat membuat peta sanitasi Kelurahan Mangkoso yang berisi informasi tentang jenis dan kondisi sarana sanitasi warga. Peta ini disusun dengan menggunakan hasil kegiatan pengkajian partisipatif dan pemicuan, dan dipasang di Kantor Kelurahan sehingga masyarakat dapat menandai jika ada jamban warga yang rusak dan perlu bantuan pemerintah untuk memperbaikinya.
USAID IUWASH PLUS akan terus mendorong seluruh pihak terkait, terutama masyarakat untuk mempromosikan pengelolaan sanitasi aman di rumah tangga, termasuk promosi jamban leher angsa dengan tangki septik dan praktik hidup bersih dan sehat.
“Kami sangat terbantu dengan kegiatan yang difasilitasi USAID IUWASH PLUS. Saya melihat warga semakin sadar untuk menerapkan hidup bersih dan sehat,” ujar Amirullah dengan senyum bahagia.
-Haslinah Hamka-