Kasijan (75) sudah lebih dari dua pertiga hidupnya hidup sebatang kara di sebuah gubuk sempit di Dusun Salak, Desa Giripurwo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia mengandalkan keuntungan kecil dari menjual sapu lidi seharga Rp 8.000 per buah. Ia merakit sendiri sapu tersebut dan kemudian berkeliling menawarkannya kepada pembeli.
Sebelum menerima bantuan sanitasi, Kasijan tidak memiliki fasilitas sanitasi sendiri. Sebagai penjual sapu keliling, ia masih buang air besar (BAB) di beberapa tempat di sepanjang perjalanannya, tergantung di mana ia berhenti. Jika sedang berada di rumah, ia biasa BAB di sungai yang berjarak sekitar 50 meter dari rumahnya.
“Jarak yang jauh membuat saya kesulitan untuk pergi ke sungai, terutama pada malam hari dan saat hujan,” katanya.
Situasi membaik ketika relawan masyarakat dari Desa Giripurwo dengan dukungan USAID IUWASH Tangguh memanfaatkan dana dari sektor swasta untuk membangun jamban dengan tangki septik untuk Kasijan. Selama dua hari, para relawan bekerja tanpa kenal lelah untuk membangun tangki septik di pekarangan rumah Kasijan dengan metode cor di tempat. Seluruh proses pembangunan selesai pada pertengahan Agustus 2024.
Kasijan mengungkapkan rasa bahagianya karena telah memiliki jamban dan tangki septik di pekarangan rumahnya. “Saya tidak perlu lagi khawatir untuk pergi ke sungai yang jauh dari rumah.” Selain sanitasi, Kasijan jugaa mendapat bantuan menyambung ke PDAM.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, Kasijan kini bisa hidup lebih nyaman. Fasilitas sanitasi barunya tidak hanya meningkatkan kesehatannya, tetapi juga membawa harapan di tengah-tengah kehidupannya yang sulit.