Masyarakat berperan penting dalam memajukan akses layanan air minum. Mereka dapat mempromosikan air perpipaan ke rekan-rekan mereka dan mengadvokasi para pembuat kebijakan untuk mengalokasikan sumber daya yang lebih besar guna memastikan layanan air bersih dapat diakses oleh masyarakat miskin.
Inilah yang dilakukan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Ngudi Rahayu di RT4 / RW 9 di Kelurahan Setabelan, Kota Surakarta. KSM Ngudi Rahayu adalah organisasi berbasis masyarakat yang dibentuk dengan dukungan USAID IUWASH PLUS pada Agustus 2017 sebagai bagian dari dukungan proyek untuk meningkatkan akses layanan air minum dan sanitasi, serta perbaikan perilaku higiene (WASH) di RT4 / RW9 kelurahan Setabelan.
KSM ini bertanggung jawab untuk mempromosikan perilaku higiene serta membuat rekomendasi untuk meningkatkan akses WASH masyarakat.
Untuk membantu melakukan pekerjaannya, anggota KSM Ngudi Rahayu mendapatkan pelatihan dari USAID IUWASH PLUS mengenai isu-isu WASH yang dikelola dengan aman serta keterampilan untuk mempromosikan perilaku higiene, pemantauan dan evaluasi partisipatif, serta advokasi.
Selama pemantauan dan evaluasi partisipatif pada November 2017, KSM Ngudi Rahayu mendapati bahwa tidak satupun dari 60 KK di RT4 / RW9 di Kelurahan Setabelan yang memiliki akses layanan air minum aman.
“Sebagian besar keluarga di lingkungan ini menggunakan air sumur gali yang berwarna kuning dan bau untuk mandi dan mencuci pakaian. Sedangkan untuk kebutuhan memasak dan minum, mereka rata-rata harus mengeluarkan sekitar Rp60.000 per bulan untuk membeli air dari hidran umum,” kata Suparno, Ketua KSM Ngudi Rahayu.
Dia menambahkan bahwa mayoritas keluarga di RT4 / RW9 bekerja sebagai penjaga toko, tukang batu, atau pedagang kaki lima, sehingga mereka tidak mampu membayar biaya sambungan reguler PDAM.
Untuk mengatasi persoalan ini, KSM Ngudi Rahayu, bersama dengan warga di RT4 / RW9, sepakat untuk mengajukan sambungan air perpipaan ke Pemerintah Kota Surakarta. Februari 2019, KSM Ngudi Rahayu mengusulkan kepada pemerintah kota untuk membangun sambungan air perpipaan pada saat pertemuan pemangku kepentingan pertama yang dihadiri Wakil Wali kota Surakarta, OPD terkait, akademisi, dan pihak swasta.
Alhasil, DisperumKPP mengalokasikan Rp130 juta dari APBD 2019-nya untuk membangun master meter dan sambungan rumah pada Juni hingga Desember 2019. Sistem master meter bisa menjadi alternatif bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang kesulitan mengakses sambungan reguler PDAM. Masyarakat juga dillibatkan selama proses pembangunan. Dengan dukungan USAID IUWASH PLUS, DisperumKPP juga memberikan pelatihan bagi KSM Ngudi Rahayu tentang pemeliharaan, pengoperasian, dan manajemen fasilitas air minum tersebut.
Per Desember 2019, 56KK di RT4 / RW9 dan 13KK di RT2 / RW9 (tetangga RT4) telah terhubung ke sistem master meter. Empat KK di RT4 / RW 9 berencana membangun sambungan rumah sendiri.
“Terima kasih kepada DisperumKPP dan KSM Ngudi Rahayu, saya sekarang dapat menikmati air bersih dan saya yakin air tersebut jauh lebih sehat daripada air dari sumur gali di tempat saya. Jadi, selamat tinggal sumur gali,”kata Naniendi Hartati — salah satu penerima manfaat meter master di RT4 / RW9.